Kamis, 15 November 2012

Sebuah Misteri: Angka Bunuh Diri di Indonesia

Kata orang, kebenaran selalu hanya ada satu. Namun pada kenyataannya, dunia ini penuh dengan misteri. Salah satu misteri yang barangkali membuat kita bertanya-tanya adalah angka bunuh diri di Indonesia.

Angka Bunuh Diri dan WHO

Ketika masalah bunuh diri di dunia dibahas, salah satu data yang paling sering diangkat adalah dari penelitian yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Misalnya, menurut laporan WHO, kasus bunuh diri di Jepang mencapai 24,4 per 100.000 orang pada tahun 2009. Angka semacam ini sering kali kita temukan di berbagai media massa. Lalu, bagaimana dengan di Indonesia?



Sebenarnya, angka bunuh diri di Indonesia belum diumumkan secara resmi oleh WHO. “Mental Health Atlas 2011” yang dipublikasikan oleh WHO menyebutkan “informasi angka bunuh diri [di Indonesia] tidak tersedia” (lihat: foto di atas dan sumber [1]). Selain itu, dalam halaman “Country reports and charts available” yang menunjukkan data bunuh diri di dunia di situs WHO pun, hasil penelitian di Indonesia tidak tercantum (lihat: sumber [2]). Jika dilihat dari hal-hal tersebut, data bunuh diri di Indonesia tidak, setidaknya agak sulit untuk ditemukan di situs resmi WHO.

Angka Bunuh Diri di Indonesia Menurut Media Massa

Meskipun demikian, selama beberapa tahun ini, berbagai media massa di Indonesia telah mengabarkan mengenai masalah bunuh diri di Indonesia berdasarkan penelitian WHO. Di bawah ini, kutipan dari beberapa contoh artikelnya:
“Rata-rata angka bunuh diri di Indonesia dilaporkan mencapai 1,6-1,8 per 100 ribu penduduk. Angka tersebut berdasarkan perkiraan lembaga kesehatan dunia, WHO pada 2001.” (Media Indonesia, 14 Januari 2011, sumber [3])

“Di Indonesia, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) yang dihimpun tahun 2005-2007 sedikitnya 50 ribu orang Indonesia melakukan bunuh diri.” (Detik, 21 Februari 2011, sumber [4])

“Ia mengatakan, WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia pada 2010 melaporkan angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa.” (Republika, 1 Juni 2012, sumber [5])

“Tahun 2005, Benedetto Saraceno, Direktur Departemen Kesehatan Mental dan Penyalahgunaan Substansi WHO, menyatakan, kematian rata-rata karena bunuh diri di Indonesia 24 kematian per 100.000 penduduk. Jika penduduk Indonesia 220 juta jiwa, diperoleh angka 50.000 kasus kematian akibat bunuh diri.” (Kompas, 8 Oktober 2012, lihat: sumber [6])
Untuk lebih jelasnya, kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Angka bunuh diri di Indonesia dilaporkan mencapai:
(1) 1,6 – 1,8 per 100.000 orang pada 2001 (lihat: sumber [3])
(2) 24 per 100.000 orang pada 2005 (sumber [6])
(3) 7,24 per 100.000 orang pada 2005-2007 (sumber [4])
(4) 1,6 – 1,8 per 100.000 orang pada 2010 (sumber [5])
<*Contoh (3) di atas dihitung oleh penulis berdasarkan jumlah penduduk Indonesia yang diperkirakan berjumlah 230 juta orang>

Diantara contoh angka di atas, (1) dan (2) sudah ditunjukkan sumbernya dalam artikel yang lain. Menurut Irmansyah, Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, contoh (1) atau angka 1,6 – 1,8 tersebut diperkirakan berdasarkan laporan pihak kepolisian pada tahun 2001 (The Jakarta Post, 18 Januari 2011, sumber [7]). Namun, bukan berarti angka tersebut langsung dapat dipercaya. Terkait dengan jumlah kasus bunuh diri di Indonesia, Ahmad Prayitno, Dosen Kesehatan Mental Universitas Trisakti pernah mengatakan seperti di bawah ini:
“Penelitian Ahmad menyebutkan, sekitar 100.000* warga Jakarta melakukan bunuh diri pada tahun 2006. Namun, dia mengatakan bahwa jumlah tersebut berkemungkinan lebih tinggi karena sebagian dari kasus bunuh diri dilaporkan sebagai kecelakaan.”

(The Jakarta Post, 9 Oktober 2007, sumber [8])
*Angka 100.000 di atas kemungkinan besar salah ketik, karena jumlahnya terlalu besar. Misalnya, Jepang yang sering disebut sebagai negara dengan tingkat bunuh diri yang tinggi di dunia pun, jumlah bunuh diri setiap tahunnya rata-rata sekitar 30.000 kasus.

Di sini, kita perlu memperhatikan kalimat “sebagian dari kasus bunuh diri dilaporkan sebagai kecelakaan” di atas. Meskipun tidak jelas alasan mengapa harus dilaporkan sebagai kecelakaan, tetapi seandainya pernyataan tersebut benar, maka jumlah kasus bunuh diri yang diumumkan oleh pihak kepolisian Indonesia itu ibarat gunung es, yang terlihat di permukaan kecil, tetapi bagian yang tak terlihatnya lebih besar. “Sayangnya, belum ada angka resmi dari pemerintah mengenai hal ini” kata Ahmad (lihat: sumber [8]).

Lalu, bagaimana dengan contoh (2), apa maksud dari angka 24 di contoh tersebut? Angka bunuh diri tersebut telah dilansir pada tahun 2005 oleh Benedetto Saraceno, Direktur Departemen Kesehatan Mental dan Penyalahgunaan Substansi WHO. Ini berarti bahwa lebih dari 50.000 kasus bunuh diri (per tahun) terjadi di Indonesia dari penduduk Indonesia yang diperkirakan berjumlah 220 juta jiwa. Angka 24 atau 50.000 tersebut selama ini relatif sering dikutip oleh beberapa media massa di Indonesia, seperti Kompas, Media Indonesia, Tempo, dll (lihat: sumber [6], [8] – [12]). Misalnya, The Jakarta Post pada bulan Oktober lalu mengabarkannya sebagai berikut:
Menurut data WHO pada tahun 2005, setiap tahun setidaknya 50.000 warga Indonesia melakukan bunuh diri*.

Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kemenkes RI, Diah Setia Utami mengatakan bahwa tidak ada data yang lebih baru mengenai berapa banyak orang yang melakukan bunuh diri di Indonesia.

“Kami hanya bisa memperkirakan bahwa setiap hari sekitar 150 orang melakukan bunuh diri di Indonesia” kata Diah, dengan mengacu pada data WHO tersebut.

(The Jakarta Post, 6 Oktober 2012, sumber [9])
Namun, kita harus berhati-hati dalam mengutip angka 24 (atau 50.000) di atas. Karena angka tersebut tidak dimuat di situs resmi WHO sebagai data bunuh diri di Indonesia, maka ada kemungkinan bahwa pernyataan tersebut hanya merupakan pendapat pribadi dari Benedetto Saraceno saja. Selain itu, Ahmad Prayitno dari Universitas Trisakti pun pernah melontarkan pertanyaan mengenai validitas data tersebut dalam Simposium Nasional Bunuh Diri, di Surabaya, April 2009.

Menurutnya, “data itu, menurut hemat saya, terlalu tinggi untuk Indonesia. Angkanya begitu tinggi karena ada depresi massal di Aceh pascatsunami akhir 2004. Di Gunung Kidul, angka bunuh diri tinggi, 9 per 100.000 penduduk. Hal ini karena selama tiga dekade terakhir ada yang merasa tertinggal oleh laju pembangunan. Angka bunuh diri di Jakarta lebih rendah daripada Gunung Kidul, 5,8 per 100.000 orang tahun 1995-2004. Ini karena pelaporan di Jakarta baik.”(Kompas, 8 Oktober 2012, lihat: sumber [6]).
Angka bunuh diri di Indonesia dilaporkan mencapai:
(3) 7,24 per 100.000 orang pada 2005-2007 (sumber [4])
(4) 1,6 – 1,8 per 100.000 orang pada 2010 (sumber [5])
Untuk contoh (3) di atas, tidak bisa dipastikan validitasnya dari sumber yang lain. Lalu, angka 1,6-1,8 dari contoh (4) tersebut, menurut sumber [5], dinyatakan oleh Wiranata Adi, Ketua Lembaga Kajian dan Pencegahan Bunuh Diri Kunang-kunang Al Qodir di Yogyakarta. Di situs resmi Al Qodir pun tercantum keterangan sebagai berikut: “Di Indonesia, pada tahun 2010 WHO melaporkan angka bunuh diri mencapai 1,6 – 1,8 per 100.000 jiwa (lihat: sumber [13])”. Namun, seperti yang sudah dijelaskan di atas, angka bunuh diri di Indonesia belum tersedia di situs resmi WHO. Apalagi, sekarang pada bulan November 2012, hasil penelitian mengenai bunuh diri untuk tahun 2010 masih belum dimuat di situs resmi WHO (lihat: sumber [14] atau [2]).

Angka Bunuh Diri di Indonesia sebagai Sebuah Misteri

Media massa di Indonesia sering mengutip berbagai data bunuh diri WHO ketika masalah bunuh diri di Indonesia dibahas dalam artikelnya. Berikut adalah kutipan dari data angka bunuh diri yang disimpulkan diatas:
Angka bunuh diri di Indonesia dilaporkan mencapai:
(1) 1,6 – 1,8 per 100.000 orang pada 2001 (lihat: sumber [3])
(2) 24 per 100.000 orang pada 2005 (sumber [6])
(3) 7,24 per 100.000 orang pada 2005-2007 (sumber [4])
(4) 1,6 – 1,8 per 100.000 orang pada 2010 (sumber [5])
Menurut sumber [3]-[6], semua angka di atas berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WHO. Namun, kenyataannya, data bunuh diri di Indonesia belum diumumkan secara resmi oleh pihak WHO, atau setidaknya data tersebut tidak ditemukan di situs resmi mereka. Selain itu, validitas data tersebut pun dapat dikatakan sulit dipercaya jika dilihat dari sumber-sumber yang lainnya. Sepertinya, media massa di Indonesia terpaksa menggunakan data bunuh diri di Indonesia yang belum dipastikan validitasnya karena tidak ada pilihan lain.

Kata orang, kebenaran selalu hanya ada satu. Namun, angka bunuh diri di Indonesia tetap merupakan sebuah misteri.

Artikel Terkait:
Rumor Jepang di Twitter (2) – Denda Bunuh Diri 12 Miliar Rupiah…!?


Sumber:
[Foto] http://www.barronmind.com/wmh.htm
[1] Indonesia - Mental Health Atlas 2011, WHO
http://www.who.int/mental_health/evidence/atlas/profiles/idn_mh_profile.pdf
[2] "Country Reports and Charts Available", WHO
http://www.who.int/mental_health/prevention/suicide/country_reports/en/
[3] http://www.mediaindonesia.com/read/2011/01/01/195735/71/14/Angka-Bunuh-Diri-Meningkat
[4] http://news.detik.com/read/2011/02/21/123633/1575035/159/hidup-terlalu-berarti-untuk-diakhiri?nd992203605
[5] http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/06/01/m4y5uz-memprihatinkan-kasus-bunuh-diri-di-indonesia
[6]http://health.kompas.com/read/2012/10/08/10332182/Memilih.Bunuh.Diri.sebagai.Jalan.Pintas
[7] http://www.thejakartapost.com/news/2011/01/18/government-struggles-cope-with-suicide-rates.html
[8] http://www.thejakartapost.com/news/2007/10/09/some-1500-people-commit-suicide-daily-who.html
[9] http://www.thejakartapost.com/news/2012/10/06/depression-heart-disease-linked.html
[10] http://www.mediaindonesia.com/read/2012/10/10/353497/293/14/Wah...-Orang-Indonesia-Rentan-Gangguan-Jiwa
[11] http://www.tempo.co/read/news/2012/10/06/060434077/150-Orang-Bunuh-Diri-Setiap-Hari-di-Indonesia
[12] http://health.kompas.com/read/2012/10/10/11195749/Ketika.Asa.Hidup.Sirna
[13] http://alqodir.co.id/web/index.php/al-qodir-bentuk-lembaga-kajian-dan-pencegahan-bunuh-diri/
[14] “Suicide Rates per 100,000 by Country, Year and Sex (Table)”, WHO
http://www.who.int/mental_health/prevention/suicide_rates/en/


9 komentar:

  1. Taka rajin ya, cari bahan sebanyak itu. Emang Taka penasaran banget ya sama angka bunuh diri di Indonesia?
    Kalo aku sendiri sih emang kurang percaya sama data statistik, terutama di Indonesia, mungkin. Misalnya di iklan sering disebut "9 dari 10 orang". Apa mereka betul-betul ambil sample yang pas? Jangan-jangan sample yang diambil emang nggak mewakili secara umum.
    Tapi, lepas dari itu, seingatku emang sekitar tahun 2005-2006 banyak banget kasus bunuh diri yang disiarkan di berita. Aku ingat soalnya aku sempat nulis artikel pendek untuk tugas sekolah waktu itu.
    (Ngomong-ngomong, bahasa Indonesia tulisan Taka bagus banget. Padahal orang-orang Jepang yang aku kenal bilang kalau bahasa tulisan di Indonesia susah karena banyak imbuhan kayak me-, ber-, ter-, dll)

    BalasHapus
  2. Ruru,
    Iya mungkin dibandingkan dengan orang-orang Indonesia yang biasa, saya termasuk orang yang penasaran banget sama topik ini (saya kira mungkin tidak begitu banyak yang tertarik dengan tema ini di Indonesia), soalnya buat saya, statistik bunuh diri di Indonesia tetap menjadi misteri. Alasannya seperti yang saya tulis di aritkel kali ini. Saya kira masalah bunuh diri di Indonesia baru bisa dibahas setelah data nasional mengenai hal ini tersedia. Oiya buat saya, bahasa gaul dlm bahasa Indonesia jauh lebih susah daripada bahasa tulisan...

    BalasHapus
  3. Wah, lengkap sekali datanya! saya jadi kaget.
    saya setuju sama pendapat "Ruru" diatas.
    oh ya, menurut pengamatan saya (yang rajin baca koran*hehe) angka bunuh diri di Indonesia itu bisa jadi yang paling kecil didunia (diragukan)
    dalam satu bulan saya menemukan 2-3 berita bunuh diri, dan tentu saja tidak termaksud berita yang "tidak tertangkap atau tidak dimuat"
    jadi kalo dalam 1 bulan kira-kira ada 6 orang bunuh diri = 12 bulan = 72 orang setahun.
    berarti "kemungkinan terkecil" 1 dari 10 orang Indonesia melakukan bunuh diri.
    Nb : sebagian berpendapat pengaruh Agama sangat kuat dalam hal "Bunuh Diri". jadi Bunuh diri adalah hal tabu yang terjadi dalam masyarakat Indonesia (¬_¬)b

    BalasHapus
  4. Wah terma kasih atas komentar yang menariknya^^ Kalau ada kesembatan, saya juga akan mencari sumber-sumber yang lain mengenai masalah ini:D

    BalasHapus
  5. Hallo, salam kenal ya!
    Tulisan tentang angka bunuh diri khususnya di Indonesia sangat menarik. masalah bunuh diri sudah dibahas sejak dulu. Misalnya Emil Durkheim membahas sebab2 bunhu diri secara ilmiah.
    Salam
    Nganu

    BalasHapus
  6. SECRET: 0
    Nganu,
    Halo, salam kenal juga. Terima kasih atas komentarnya. Kalau ada waktu, silakan mampir ke blog saya lagi.

    BalasHapus
  7. taka, artikelnya bagus banget.
    boleh request artikel ga?
    gimana kalau mas taka bikin artikel tentang hantu di Indonesia dan jepang, atau kepercayaan mistis di jepang.
    hahaha...:D
    penasaran banget soalnya aku sama hal yang seperti itu di jepang, soalnya (maaf ya kalau kasar) mayoritas orang jepang tidak percaya tuhan, jadi jarang juga orang yang percaya sama hal-hal mistis. terima kasih sebelumnya. sukses dan maju terus blog nya...:D

    Wally

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kaish atas komentarnya^^ Iya hantu dan hal-hal mistis di Jepang itu tema yang menarik. Kalau ada kesempatan, saya akan menulis tentang hal-hal seperti itu. Selain itu, saya ingin membahas tentang sudut pandang orang Jepang terhadap "tuhan (yang kami sebut "Kami/神" dalam bahasa Jepang)". Menurut saya, kebanyakan orang Indonesia tidak mengerti hal itu sama sekali:D

      Hapus
  8. satu KATA untuk TAKA..WOW...
    risetnya luar biasa. Kalimat bunuh diri, tiba-tiba aku teringat dengan satu wilayah di kaki gunung fuji di jepang yang namanya Aokigahara ( kalau ngak salah sih ). Aku lihat di foto tempatnya seram gitu y. apa memang di jepang sana selalu terpusat di satu daerah? Kl di indonesia sini orang mau bunuh diri ya di sembarang tempat aja. Well moga-moga aja baik di jepang ataupun indonesia angka bunuh diri bisa diminimalkan atau bahkan dihilangkan . Menurutku sih orang yang bunuh diri itu tidak mensyukuri kehidupan.
    Salam kenal y taka. Mantap postingnya bro.posting lagi dunk hal- hal baru yang bisa membuat persahabatan jepang dan indonesia semakin erat. Contoh nya kisah cinta indonesia-jepang. Heheheh

    BalasHapus

Pengikut